RESPON MENGHINDAR PADA BURUNG TERHADAP PREDATOR
Tujuan
·
Mahasiswa mengetahui hubungan antara besarnya kelompok
burung terhadap reaksinya untuk terbang menghindari predator.
·
Mahasiswa mendapatkan informasi jenis burung yang ada di
lingkungan kampus Al-Jawami
Dasar Teori
Burung
adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang memiliki bulu
dan sayap.
Fosil
tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx.
Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung
kolibri yang kecil mungil hingga burung
unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar
8.800 – 10.200 spesies
burung di seluruh dunia;
sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia.
Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas Aves (Anonimus,
2012).
Interaksi
adalah suatu hubungan antara satu species dengan species yang lain. Salah satu
jenis interaksi adalah predasi, yaitu suatu hubungan makan dan dimakan antara
satu organisme dengan organisme lain. Subjek dari predasi adalah predator
(pemangsa) dan prey (mangsa). Predator memiliki suatu perilaku khusus dalam
menjalankan interaksi tersebut misalnya, pada elang akan terbang rendah saat
akan mulai menerkam mangsa, pada harimau yang akan mengendap-ngendap di semak.
Begitu
pula prey memiliki kelakuan untuk mempertahankan diri terhadap pemangsa dengan
meningkatkan kewaspadaannya, misalnya pada burung yang akan memberi peringatan
dengan mengeluarkan suara, atau dengan menggerakkan kepalanya kekanan dan
kekiri. Perilaku tersebut dalam ekologi dinamakan anti-predator, yaitu suatu
bentuk kewaspadaan dari prey terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar
(predator).
Kemungkinan prey dapat lolos dari predator merupakan
teknik khusus yang nampaknya mempunyai konsekuensi ekologis. Teknik yang
dipergunakan oleh prey untuk lari dari predator sangat tergantung pada jenis
prilaku predator yang ada dalam interaksi itu.
Terdapat 4 metode pokok mengenai larinya prey :
1.
Lari berdasarkan jumlah atau waktu
Adaptasi yang dilakukan predator meliputi soal
waktu yaitu peningkatan populasi predator seiring dengan peningkatan populasi
prey. Populasi prey dapat melarikan diri dalam waktu, dengan cara bereproduksi
cepat untuk mempertahankan populasi predator agar tidak menakan pertambahan
prey tersebut. Prey berkembang biak lebih cepat dari predator khususnya pada
saat musim pertumbuhan populasi keduanya terhambat.
2. Lari
dalam Ruang
Pelarian prey dalam ruang menyangkut baik evolusi mekanisme dispersal jangka panjang, lebih efisien dari predator dan kemampuan jangka pendek untuk lari dan bersembunyi menurunkan resiko predasi untuk sekurang-kurangnya suatu bagian dari populasi prey. Pelarian dalam ruang dimungkinkan apabila bagian dari habitat tidak secara efektif dieksploitasi oleh populasi predator.
Pelarian prey dalam ruang menyangkut baik evolusi mekanisme dispersal jangka panjang, lebih efisien dari predator dan kemampuan jangka pendek untuk lari dan bersembunyi menurunkan resiko predasi untuk sekurang-kurangnya suatu bagian dari populasi prey. Pelarian dalam ruang dimungkinkan apabila bagian dari habitat tidak secara efektif dieksploitasi oleh populasi predator.
3. Lari
oleh Ukuran
Terdapat hubungan antara ukuran predator dengan ukuran rata-rata dan ukuran ekstrim dari prey yang dimangsa. Batas ukuran untuk predasi berhubungan dengan imbang-imbangan antara peluang untuk menangkap, potensi untuk melukai atau mematikan dari predator dan waktu yang relatif panjang untuk menangani prey. Prey juga memiliki waktu untuk siap ditangkap.
Terdapat hubungan antara ukuran predator dengan ukuran rata-rata dan ukuran ekstrim dari prey yang dimangsa. Batas ukuran untuk predasi berhubungan dengan imbang-imbangan antara peluang untuk menangkap, potensi untuk melukai atau mematikan dari predator dan waktu yang relatif panjang untuk menangani prey. Prey juga memiliki waktu untuk siap ditangkap.
4. Lari
Dengan Mekanisme Pertahanan Lain
Mekanisme lari dalam hal ini diantaranya
meliputi mimikri, kamuflase dan kolorasi disruptif, pertahanan kimiawi dan
banyak mekanisme lainnya, seperti kecepatan yang memungkinkan individu prey
menghindar dari predator (Arianto, 2007).
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Meteran roll
|
Tali rafia
|
Tally counter
|
Patok kayu
|
Teropong
|
Cara Kerja
·
Pengamatan dilakukan di sekitar kampus Al-Jawami
·
Dilakukan oleh dua orang (perwakilan kelompok)
·
Satu orang memegang dua buah patok
·
Satu orang lagi memegang meteran dan Tally counter
·
Setelah menemukan burung dilakukan hal berikut:

â
Satu lagi memasang dua buah patok, lalu
berjalan mendekati burung dengan memusatkan pandangan terhadap salah satu
individu burung yang menjadi pusat kelompok burung
(jika berkelompok) yaitu burung yang terdekat
dengan pengamat
â
Ditancapkan salah satu patok ketika burung
yang menjadi pusat perhatian terbang untuk menghindari pengamat
â
Mengukur jarak antara patok pertama dan patok
kedua, hasilnya dicatat.
Hasil
Tabel 1. Burung Yang Berhasil Diamati
No
|
Jenis Burung
|
Jumlah
|
Jarak
|
Lokasi
|
1
|
Burung Gereja
|
7
|
6 m
|
Lapangan
Al-Jawami
|
2
|
Burung Pipit
|
2
|
14,7 m
|
Sekitar
kampus
|
3
|
Burung Pipit
|
3
|
4,35 m
|
Pemakaman
|
4
|
Burung
Merpati
|
1
|
30 m
|
Perkebunan
Al-Jawami
|
Pembahasan
Dalam praktikum
respon burung terhadap predator, praktikan mengamati tingkah laku burung serta
reaksi yang dilakukan ketika mereka merasa terancam. Perilaku tersebut dalam
ekologi dinamakan anti-predator, yaitu suatu bentuk kewaspadaan dari prey
terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar (predator).
Respon
terhadap predator yang dapat diamati pada perilaku burung yaitu ketika burung
pergi menjauh ketika praktikan mendekati pada jarak tertentu. Perilaku tersebut
dapat dijadikan indikator dalam mengamati tingkat kewaspadaan pada burung dalam
menghadapi pemangsanya. Respon burung terhadap predator pada burung adalah
adanya ketika burung akan terbang menjauh apabila predator (dalam hal ini
manusia) memasuki jarak yang menurut mereka membahayakan. Menurut teori yang ada,
taktik ini merupakan taktik dasar yang umum digunakan oleh prey untuk
menghindari predator.
Pengamatan
dilakukan terhadap burung yang terdapat di sekitar wilayah kampus Al-Jawami.
Burung ini dijadikan sebagai objek pengamatan anti predator dikarenakan mudah
ditemukan berkelompok dan sudah beradaptasi dengan lingkungan dan keberadaan
manusia sehingga praktikan dapat mengamati perilaku burung tersebut dengan
jelas dalam jarak tertentu karena tingkat kewaspadaanya kurang. Dari data
pengamatan diperoleh bahwa rata-rata jarak terbang 7 burung gerja adalah 6
meter, 2 burung pipit (kelompok 2) adalah 14,7 meter, 3 burung pipit (kelompok
3) adalah 4,35 meter, dan 1 burung merpati adalah 30 meter. Rata-rata jarak
burung yang tidak berkelompok lebih besar dibandingkan dengan jarak minimum
ketika burung berada di dalam kelompoknya. Hal ini dikarenakan ketika berada di
dalam kelompok yaitu 7 burung gerja adalah 6 meter, individu akan merasa lebih
aman sebab memiliki pertahanan kelompok. Dibandingkan dengan 1 burung merpati
yang mempunyai jarak terbang 30 meter. Dalam hidup berkelompok, hewan dapat
meningkatkan upaya untuk menghindari predator dengan membuat pertahanan
kelompok yang lebih efektif dibandingkan dengan pertahanan individu tunggal.
Prosedur kerja untuk mengetahui respon burung
terhadap predator adalah sebagai berikut:
salah seorang menghitung burung yang akan diamati, satu lagi memasang
dua buah patok, lalu berjalan mendekati burung dengan memusatkan pandangan
terhadap salah satu individu burung yang menjadi pusat kelompok burung (jika
berkelompok) yaitu burung yang terdekat dengan pengamat, ditancapkan salah satu
patok ketika burung yang menjadi pusat perhatian terbang untuk menghindari
pengamat, mengukur jarak antara patok pertama dan patok kedua, hasilnya
dicatat.
Yang mendorong atau membuat seekor burung dapat terbang tinggi cukup banyak
faktornya baik faktor eksternal maupun faktor internal, untuk faktor eksternal
adalah termasuk dalam circle of concern (faktor yang tidak dapat dipengaruhi
secara langsung, contohnya keadaan cuaca, faktor geografis,faktor angin,dsb)
sedangkan untuk faktor internal termasuk ke dalam circle of influence (faktor
yang dapat dipengaruhi secara langsung) akan tetapi kembali kita coba minimize
faktor internal yang dominan pengaruhnya terhadap seekor merpati yaitu:
·
Kecerdasan burung
(30%)
·
Karakter burung
(40%)
·
Anatomi burung
(30%) (Anonimus, 2009).
Untuk lebih lengkapnya silahkan download di LINK INI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar