Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 31 Oktober 2013

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DI GROUND C DI HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI
DI GROUND C DI HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT
BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Kegiatan analisis vehgetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan peta dan tanpa petak. Salah satu metode dengan metode petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon), dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan) (Latifah, 2005).
Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat memiliki kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area yang menjadi kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang danKabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan Garut. Secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6° 51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30” Bujur Timur. Topografi kawasan umumnya berbukit sampai bergunung-gunung dengan puncak tertinggi gunung Karenceng ± 1.763 m dpl. Menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, kawasan ini termasuk tipe iklim C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1900 mm, kelembaban udara berkisar antara 60 – 90 % dan temperatur rata-rata 23 º C.
Hutan alam Masigit Kareumbi di dominasi oleh jenis Pasang (Quercus sp.), Saninten (Castanea argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsea). Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae), Congok (Palmae), Cangkuang (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan epiphyt yang terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum), Angbulu (Cironmera anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan tanaman ± 40 % didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa sp),  dan Kuren (Acasia decurens).
Informasi tentang keanekaragaman jenis tumbuhan anakan tingkat semai di Hutan Buru Masigit Kareumbi secara keseluruhan masih sangat minim, khususnya untuk data kuantitatifnya. Menurut Partomiharjdo dan Rahajoe (2004), meyatakan bahwa pengukuran secara kuantitatif dapat memperoleh data yang lebih akurat sehingga informasi dapat dipertanggung jawabkan.


1.2  Identifikasi Masalah
Dalam pembahasan karya tulis ini Penyusun mencoba memaparkan secara khusus untuk membahas permasalahan:
1.      Mengetahui analisa vegetasi anakan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat.
2.      Mengetahui jenis-jenis anakan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat.
3.      Mengetahui nilai penting (NP) ana.kan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat.
4.      Mengetahui pengaruh jenis-jenis anakan tingkat semai terhadap tanaman lain yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat


1.3  Maksud, Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data ilmiah jenis-jenis tumbuhan tingkatan semai secara kuantitatif dengan harapan dapat memberikan informasi penting juga bermanfaat dalam merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan, terutama sebagai acuan atau pertimbangan-pertimbangan ilmiah bagi kepentingan pengelolaan kawasan untuk jangka panjang, supaya proses perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman khususnya semak yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Kondisi Umum lokasi
2.1.1        Letak, Luas Kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Secara geografis kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terletak antara 6° 51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30” Bujur Timur secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah kabupaten Dati II Bandung, Garut Dan Sumedang, sedangkan menurut administrasi pengelolaannya di bawah sub seksi KSDA sumedang, Sub. Balai KSDA jabar I, Balai KSDA III. Menurut surat keputusan mentri pertanian Nomor. 297/Kpts/Um/5/1976, luas kawasan taman Buru Gunung Masigit adalah 12.443,1 Ha ().
Gambar1. Peta Administratif
(Sumber : http://kareumbi.wordpress.com)

2.1.2        Kondisi fisisk dan Potensi Kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
2.1.2.1  Kondisi Fisik Kawasan Hutan
a.       Iklim
Sebagian besar iklim dari area Taman Wista Masigit Kareumbi tarmasuk dalam tipe hujan C dengan curah hujan rata – rata pertahun 1900 mm, kecuali di bagian barat laut bertipe hujan B. temperatur rata – rata adalah 23°C, sedangkan kelembaban udara rata – rata 80 % .
b.      Tofografi
Topografi lapangan umumnya berbukit – bukit dan bergunung dengan puncaknya sekitar 1736 meter di atas permukaan laut. Kemiringan lereng di begian tengah kawasan di atas 30%. Di bagian tepi kelerengan bervariasi antara 20% sampai 30%.
c.       Hidrologi
Di beberapa tempat dapat di jumpai genegan – genagan air yang menyerupai rawa dan di tumbuhi rumput – rumputan sebanyak 7 buah yang tersebar. Selain itu juga di kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terdapat beberapa sungai yang mengalir di dalamnya. Diantaranya adalah sungai  Cigunung,  sungai Cikantap, sungai Cimanggung, sungai Cihanjawah,  sungai  Citarik, sungai  Cideres, sungai Cileunca, sungai Cianten, dan sungai Cibayawak. Selain itu juga terdapat tiga buah air terjun yaitu airterjun Cibangban, Cimacan dan Cimulu.
d.      Pembagian kawasan Taman Wisata Masigit Kareumbi.
Terdapat empat blok yang ada pada Tataman Wista Masigit Kareumbi, pembagian blok tersebut di buat berdasarkan fungsi dari tiap – tiap blok yang terdapat di Taman Wista Masigit Kareumbi adapun blok – blok tersebut adalah, Blok ciceur dimana blok ini di fungsikan sebagai area wisata buru, blok Cibugel,  blok ini di fungsikan sebagai area penagkaran Rusa Sambar dan beberapa hewan lainya. Blok Cigoler difungsikan sebagai kawasan wisata keluarga dimana pada blok ini terdapat sebuah taman safari mini lengkap dengan area bermain dan fasilitas outbound. Blok Cipancar difungsikan sebagai area perkemahan, di blok ini juga terdapat area pemanfaatan yang berpungsi sebagai area pendidikan dan latihan (Anonim, 2009).

2.1.2.2  potensi kawasan hutan
a.       Vegetasi
Enam puluh persen dari luas seluruh kawasan Taman Masigit Kareumbi adalah hutan alam, sedangkan sisanya merupakan hutan tanaman Jenis-jenis pohon yang terdapat di hutan alam adalah sebagai berikut : Pasang (Quercus sp.), saninten (Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii), rasamala (Altingea excelsa) dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan beberapa tumbuhan bawah seperti : tepus (Achasma megalocheiles), cangkuan (Pandanus punctatus), kirinyuh (Eupathorium inulifolium), saliara (Lantana camara) dan rumput-rumputan seperti : Alang-alang (Imperata cylindrica), jampang piit (Panicum colonum) dan jukut pait (Axonopus compressus)(Anonim, 2003).
b.      Fauna
Disamping rusa sambar (cervus unicolor) yang merupakan hasil pembiakan sejak tahun 1966, jenis satwa liar yang terdapat di kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi antara lain : Kera (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus vittatus), anjing hutan (Cuon javanicus), macan tutul (panthera pardus), kucing hutan (felis bengalensis), kijang (muntiacus muntjak), kancil (tragulus javanicus), musang (paradoxurus hermaphroditus), linsang (prionodon linsang), jelarang (ratufa bicolor), ayam hutan (Gallus varius) (BKSDA, 1998).

2.2  Pengertian Semai
Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi < 1,5 meter. Semai dapat bertahan  hidup tanpa inang pada  masa semai (seedling) selama lebih kurang 2 tahun, walaupun semai tidak  dapat  tumbuh dengan baik dan mengalami gejala defisiensi. Hal ini terkait dengan keterbatasan kemampuan tanaman ini dalam menyerap unsur hara (nutrisi) dari tanah. Jenis taanaman ini sangat unik karena hidup semi parasit yaitu sebagai parasit  akar (Heriyanto dkk, 2007).
Hal yang menarik untuk dicermati lebih jauh adalah terkait dengan  pertumbuhannya yang sangat buruk bila tanpa inang, walaupun tanaman ini memiliki kemampuan berfotosintesis seperti tumbuhan pada umumnya. Gejala ini tentu terkait dengan kekurang mampuan akar cendana  dalam melakukan penyerapan unsur-unsur hara dari dalam tanah.
Dari penelitian sebelumnya ditunjukkan bahwa semai cendana yang tak berinang akan tumbuh  sangat lambat dan  mengalami defisiensi hara, yakni daun klorosis (Hamzah, 1987). Gejala defisiensi   bermula dari bagian  daun  muda dan pada tingkat kronis, gejala defisiensi merembet ke daun lain yang  lebih  tua, serta terjadinya gugur daun dari bagian pucuk.

Untuk lebih lengkapnya dapat di download di LINK INI.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll