KERAGAMAN
JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI
DI GROUND C DI HUTAN BURU MASIGIT KAREUMBI
KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Analisis vegetasi merupakan
cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari
susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1) Mempelajari
tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2) Mempelajari tegakan tumbuhan
bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang
terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang
rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar. Kegiatan analisis vehgetasi pada
dasarnya ada dua macam metode dengan peta dan tanpa petak. Salah satu metode
dengan metode petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur
(untuk risalah pohon), dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan)
(Latifah, 2005).
Hutan Buru Masigit Kareumbi
Jawa Barat memiliki kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area yang
menjadi kewenangan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang
danKabupaten Garut. Sebagian besar area berada di Sumedang dan Garut. Secara
geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak antara 6° 51′ 31” sampai
7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′ 30″” sampai 108° 1′ 30” Bujur Timur.
Topografi kawasan umumnya berbukit sampai bergunung-gunung dengan puncak
tertinggi gunung Karenceng ± 1.763 m dpl. Menurut klasifikasi iklim Schmidt
Ferguson, kawasan ini termasuk tipe iklim C dengan curah hujan rata-rata per
tahun 1900 mm, kelembaban udara berkisar antara 60 – 90 % dan temperatur rata-rata
23 º C.
Hutan alam Masigit Kareumbi
di dominasi oleh jenis Pasang (Quercus sp.), Saninten (Castanea
argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsea).
Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae), Congok (Palmae),
Cangkuang (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan epiphyt yang
terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum), Angbulu (Cironmera
anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan tanaman ± 40 %
didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa sp),
dan Kuren (Acasia decurens).
Informasi tentang
keanekaragaman jenis tumbuhan anakan tingkat semai di Hutan Buru Masigit
Kareumbi secara keseluruhan masih sangat minim, khususnya untuk data
kuantitatifnya. Menurut Partomiharjdo dan Rahajoe (2004), meyatakan bahwa
pengukuran secara kuantitatif dapat memperoleh data yang lebih akurat sehingga
informasi dapat dipertanggung jawabkan.
1.2
Identifikasi Masalah
Dalam pembahasan karya
tulis ini Penyusun mencoba memaparkan secara khusus untuk membahas
permasalahan:
1. Mengetahui
analisa vegetasi anakan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit
Kareumbi Jawa Barat.
2. Mengetahui
jenis-jenis anakan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit
Kareumbi Jawa Barat.
3. Mengetahui
nilai penting (NP) ana.kan tingkat semai yang berada di kawasan Hutan Buru
Masigit Kareumbi Jawa Barat.
4.
Mengetahui pengaruh jenis-jenis anakan tingkat
semai terhadap tanaman lain yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi
Jawa Barat
1.3 Maksud, Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
ilmiah jenis-jenis tumbuhan tingkatan semai secara kuantitatif dengan harapan
dapat memberikan informasi penting juga bermanfaat dalam merencanakan
tindakan-tindakan yang diperlukan, terutama sebagai acuan atau
pertimbangan-pertimbangan ilmiah bagi kepentingan pengelolaan kawasan untuk
jangka panjang, supaya proses perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman
khususnya semak yang berada di kawasan Hutan Buru Masigit Kareumbi Jawa Barat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Umum lokasi
2.1.1
Letak,
Luas Kawasan Hutan
Buru Masigit Kareumbi Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Secara
geografis kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terletak antara 6° 51′ 31” sampai 7° 00′ 12” Lintang Selatan dan 107° 50′
30″” sampai 108° 1′ 30” Bujur Timur
secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah kabupaten Dati II Bandung,
Garut Dan Sumedang, sedangkan menurut administrasi pengelolaannya di bawah sub
seksi KSDA sumedang, Sub. Balai KSDA jabar I, Balai KSDA III. Menurut surat
keputusan mentri pertanian Nomor. 297/Kpts/Um/5/1976, luas kawasan taman Buru
Gunung Masigit adalah 12.443,1 Ha ().
Gambar1. Peta Administratif
(Sumber : http://kareumbi.wordpress.com)
2.1.2
Kondisi
fisisk dan Potensi Kawasan
Hutan Buru Masigit Kareumbi
Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
2.1.2.1 Kondisi Fisik Kawasan Hutan
a.
Iklim
Sebagian besar iklim dari area Taman Wista Masigit Kareumbi tarmasuk dalam
tipe hujan C dengan curah hujan rata – rata pertahun 1900 mm, kecuali di bagian
barat laut bertipe hujan B. temperatur rata – rata adalah 23°C, sedangkan
kelembaban udara rata – rata 80 % .
b.
Tofografi
Topografi lapangan umumnya berbukit –
bukit dan bergunung dengan puncaknya sekitar 1736 meter di atas permukaan laut.
Kemiringan lereng di begian tengah kawasan di atas 30%. Di bagian tepi
kelerengan bervariasi antara 20% sampai 30%.
c.
Hidrologi
Di beberapa tempat dapat di jumpai
genegan – genagan air yang menyerupai rawa dan di tumbuhi rumput – rumputan
sebanyak 7 buah yang tersebar. Selain itu juga di kawasan Taman Wista Masigit Kareumbi terdapat
beberapa sungai yang mengalir di dalamnya. Diantaranya adalah sungai Cigunung, sungai Cikantap,
sungai Cimanggung, sungai Cihanjawah,
sungai Citarik, sungai Cideres, sungai Cileunca, sungai Cianten, dan
sungai Cibayawak. Selain itu juga terdapat tiga buah air terjun yaitu
airterjun Cibangban, Cimacan dan Cimulu.
d.
Pembagian kawasan Taman Wisata Masigit
Kareumbi.
Terdapat empat blok yang ada pada
Tataman Wista Masigit
Kareumbi, pembagian blok tersebut di buat berdasarkan fungsi dari
tiap – tiap blok yang terdapat di Taman Wista Masigit Kareumbi adapun blok – blok tersebut adalah, Blok
ciceur dimana blok ini di fungsikan sebagai area wisata buru, blok Cibugel, blok ini di fungsikan sebagai area penagkaran
Rusa Sambar dan beberapa hewan lainya. Blok Cigoler difungsikan sebagai kawasan
wisata keluarga dimana pada blok ini terdapat sebuah taman safari mini lengkap
dengan area bermain dan fasilitas outbound. Blok Cipancar difungsikan sebagai
area perkemahan, di blok ini juga terdapat area pemanfaatan yang berpungsi
sebagai area pendidikan dan latihan (Anonim, 2009).
2.1.2.2 potensi kawasan hutan
a.
Vegetasi
Enam
puluh persen dari luas seluruh kawasan Taman Masigit Kareumbi adalah hutan
alam, sedangkan sisanya merupakan hutan tanaman Jenis-jenis pohon yang terdapat
di hutan alam adalah sebagai berikut : Pasang (Quercus sp.), saninten
(Castanopis argentea), puspa (Schiima wallicchii), rasamala (Altingea excelsa)
dan Jamuju (Podocarpus imbricatus), dan beberapa tumbuhan bawah seperti : tepus
(Achasma megalocheiles), cangkuan (Pandanus punctatus), kirinyuh (Eupathorium
inulifolium), saliara (Lantana camara) dan rumput-rumputan seperti :
Alang-alang (Imperata cylindrica), jampang piit (Panicum colonum) dan jukut
pait (Axonopus compressus)(Anonim, 2003).
b.
Fauna
Disamping
rusa sambar (cervus unicolor) yang merupakan hasil pembiakan sejak tahun 1966,
jenis satwa liar yang terdapat di kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi antara
lain : Kera (Macaca fascicularis), babi hutan (Sus vittatus), anjing hutan
(Cuon javanicus), macan tutul (panthera pardus), kucing hutan (felis bengalensis),
kijang (muntiacus muntjak), kancil (tragulus javanicus), musang (paradoxurus
hermaphroditus), linsang (prionodon linsang), jelarang (ratufa bicolor), ayam
hutan (Gallus varius) (BKSDA, 1998).
2.2 Pengertian Semai
Semai adalah anakan pohon
mulai kecambah sampai setinggi < 1,5 meter. Semai dapat bertahan hidup tanpa inang pada masa semai (seedling) selama lebih kurang 2
tahun, walaupun semai tidak dapat tumbuh dengan baik dan mengalami gejala
defisiensi. Hal ini terkait dengan keterbatasan kemampuan tanaman ini dalam
menyerap unsur hara (nutrisi) dari tanah. Jenis taanaman ini sangat unik karena
hidup semi parasit yaitu sebagai parasit
akar (Heriyanto dkk, 2007).
Hal yang menarik untuk
dicermati lebih jauh adalah terkait dengan
pertumbuhannya yang sangat buruk bila tanpa inang, walaupun tanaman ini
memiliki kemampuan berfotosintesis seperti tumbuhan pada umumnya. Gejala ini
tentu terkait dengan kekurang mampuan akar cendana dalam melakukan penyerapan unsur-unsur hara
dari dalam tanah.
Dari penelitian sebelumnya
ditunjukkan bahwa semai cendana yang tak berinang akan tumbuh sangat lambat dan mengalami defisiensi hara, yakni daun
klorosis (Hamzah, 1987). Gejala defisiensi
bermula dari bagian daun muda dan pada tingkat kronis, gejala
defisiensi merembet ke daun lain yang
lebih tua, serta terjadinya gugur
daun dari bagian pucuk.
Untuk lebih lengkapnya dapat di download di LINK INI.
Untuk lebih lengkapnya dapat di download di LINK INI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar